Selasa, 27 November 2012

Analisis Organisasi PT.GARUDA SENTRA MEDIKA (Tbk)


Analisis Organisasi PT.Garuda Sentra Medika (Tbk)

Latar belakang PT. Garuda Sentra Medika

Garuda Sentra Medika (GSM) adalah sebuah Unit Bisnis Strategis (SBU) dari PT.Garuda Indonesia (persero) yang memiliki fungsi utama melaksanakan pengelolaan fasilitas kesehatan dan pelayanan kesehatan untuk karyawan Garuda beserta keluarganya, serta pihak-pihak lain yang membutuhkan. Selain itu, GSM juga mengelola layanan khusus bidang kesehatan penerbangan (aviation medicine) sebagai salah satu jasa pelayanan pendukung bisnis jasa penerbangan seperti : pemeliharaan kesehatan awak pesawat, evakuasi medic udara (medevac), pendampingan pasien yang dibawa dengan pesawat udara (medical escorting), kesehatan wisata (travel clinic), dan lain lain.

Pada awal didirikannya Garuda Indonesian Airways (GIA) pada tahun 1949, unit kesehatan perusahaan pada waktu itu hanyalah berupa poliklinik kecil di area Bandar Udara Kemayoran yang dibentuk bersamaan dengan berdirinya GIA, karena adanya peraturan internasional yang mengharuskan perusahaan penerbangan komersial memiliki fasilitas pelayanan kesehatan sendiri untuk karyawannya, terutama untuk menjaga dan memelihara kesehatan awak pesawatnya.

Di dalam struktur organisasi, pada mulanya Bagian Kesehatan adalah sebagai unit pendukung di Biro Kepegawaian. Kemudian kompetensinya semakin berkembang dan sejak tahun 1980 tugas dan tanggung jawab unit meningkat menjadi Biro Kesehatan, sejajar dengan Biro Kepegawaian, langsung bertanggung jawab kepada Direktur Administrasi dan Keuangan. Sejak tahun 1990 bertanggung jawab mengelola Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di Perusahaan, dinamakan Pusat Kesehatan dan Keselamatan Kerja.

Di awal tahun 1996, seiring dengan perubahan pada struktur organisasi induk, maka organisasi kesehatan juga mengalami perubahan dan dinamakan sebagai Dinas Pelayanan Kesehatan Perusahaan (Corporate Health Services). Pertengahan tahun 1996, PT.Garuda Indonesia melakukan Kerjasama Operasi (KSO) dengan PT. Garuda Karya Mandiri (anak perusahaan Dana Pensiun Garuda) membangun gedung poliklinik baru di Kemayoran, di atas tanah milik Garuda, untuk menggantikan bangunan poliklinik lama yang sudah tidak memadai lagi untuk menampung kegiatan pelayanan kesehatan.

Komposisi KSO pada waktu itu adalah Garuda Indonesia 51%, dengan penyertaan berupa tanah, dan Garuda Karya Mandiri 49% dengan penyertaan berupa gedung. Mulanya KSO direncanakan akan berlangsung untuk jangka waktu 20 tahun, tetapi pada bulan Mei 1999 KSO diakhiri, dan gedung dibeli oleh PT. Garuda Indonesia. Namun sebagian besar alat medik, furniture serta perangkat lunak dan perangkat keras Sistem Informasi Kesehatan masih disewa dari PT. GKM untuk jangka waktu 5 – 10 tahun sejak tahun 1998.

Sampai dengan pertengahan tahun 1998 Pusat Kesehatan masih dikelola sebagai cost center dan memberikan pelayanan kesehatan hanya untuk karyawan Garuda beserta keluarganya saja. Dengan adanya perubahan strategi dan policy manajemen, maka sejak bulan Juni tahun 1998 status pengelolaannya diubah menjadi Strategic Business Unit (SBU) dan diberi nama Garuda Sentra Medika. SBU.

GSM diarahkan untuk berubah menjadi Anak Perusahaan berbentuk Perseroan (PT) yang tumbuh dan berkembang. Dengan ditetapkannya sebagai SBU, GSM diharapkan dapat memberikan kontribusi positif kepada induknya dengan terutama menjaga agar biaya pengelolaan benefit kesehatan karyawan dan keluarga  PT.Garuda Indonesia tetap terkendali (efisien) dengan mutu pelayanan yang baik (efektif),


sehingga produktifitas dan loyalitas karyawan tetap terpelihara. Selain itu, GSM diharapkan sanggup meningkatkan pendapatan dengan mengembangkan usaha pengelolaan benefit  kesehatan kelompok melalui pola Managed Care bagi karyawan  perusahaan dalam Garuda Group, pihak ketiga serta masyaraka tumum.


Peningkatan kompetensi pelayanan kesehatan diperoleh sejak Oktober 1998, dengan memiliki Ijin Penyelenggaraan Praktik Bersama Dokter Spesialis (PBDS) dari Suku Dinas Pelayanan Kesehatan Jakarta Pusat, kemudian sejak 6 Agustus 1999 memperoleh pengakuan sebagai Travel Clinic yang dapat melakukan pelayanan kesehatan wisata. GSM juga telah menyelesaikan proses permohonan Ijin Operasional Penyelenggaraan Badan Pengelola Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat (Bapel-JPKM) dari Dirjen Binkesmas Depkes RI, untuk dapat mengelola benefit kesehatan perusahaan dengan pola Managed Care, sehingga dapat mengelola peserta dari perusahaan lain.

Pada Tahun 2002, GSM memperoleh pengakuan sebagai unit usaha yang telah menjalankan Sistem Manajemen Mutu berdasarkan ISO 9001:2000 dari badan sertifikasi internasional SAI Global (Australia), dan sampai saat ini dengan konsisten tetap terus dipertahankan. GSM juga telah memiliki izin dari Direktorat Jenderal Perhubungan Udara sebagai sebuah Aviation Medical Center yang diakui oleh pemerintah untuk boleh melaksanakan pemeriksaan kesehatan bagi awak pesawat dan personil penerbangan lainnya.

Visi dan Misi

Visi (Vision)
Dalam 5 (lima) tahun kedepan menjadi pusat penyedia jasa layanan kesehatan terkemuka, sebagai pilihan utama di kalangan masyarakat penerbangan di Indonesia.

Misi (Mission)
Membangun citra (image) sebagai penyedia layanan kesehatan profesional yang berstandar  internasional.
Memberi nilai tambah bagi perusahaan dalam Garuda Group.
Meningkatkan pendapatan usaha, memperoleh laba yang wajar dan memberikan deviden bagi pemegang saham, serta dapat tumbuh dan berkembang.
Meningkatkan kesejahteraan, kompetensi dan profesionalisme SDM.

Tujuan (Objectives)

Mendukung bisnis PT. Garuda Indonesia (Persero) dengan menjadi Leader di bidang jasa pelayanan kesehatan penerbangan (Aviation Medical Services) dan mengembangkan usaha jasa pelayanan kesehatan yang “related to airline business”,
Menyelenggarakan usaha Managed Care dengan pelayanan bermutu dan mudah dijangkau (accessible) di kota-kota besar di Indonesia,
Mendukung program pembangunan nasional, khususnya pembangunan bidang kesehatan, dengan mengembangkan pelayanan kesehatan keluarga (Family Clinic) dengan Brand Name Garuda Sentra Medika,
Membina SDM yang professional dan menjunjung etika profesi,
Memberikan pelayanan yang mengacu pada standar internasional, sesuai Sistem Manajemen Mutu ISO 9001 : 2000
Mengembangkan usaha-usaha lain yang berkaitan dengan jasa pelayanan kesehatan untuk meningkatkan leverage dan daya saing usaha, serta memperoleh laba yang wajar, sebaga ikontribusi positif dalam Garuda Group.


Kebijakan Mutu (Quality Policy)

Garuda Sentra Medika memastikan kepuasan pelanggan melalui peningkatan pelayanan kesehatan secara berkesinambungan guna terpenuhinya kebutuhan dan harapan pelanggan, melalui usaha-usaha :
Memahami kebutuhan dan menetapkan persyaratan pelanggan.
Mengelola dan melaksanakan pelayanan yang diberikan dengan baik untuk memastikan terpenuhinya persyaratan.
Memastikan tersedianya tenaga - tenaga terampil melalui penyelenggaraan pelatihan yang dibutuhkan.
Menjalankan seluruh kegiatan operasional sesuai dengan sistem manajemen mutu ISO 9001 versi 2000.
Memastikan penyempurnaan yang berkelanjutan.

Kesimpulan

Jasa fasilitas kesehatan dan pelayanan kesehatan untuk karyawan sebuah perusahaan sangat penting. Tidak untuk perusahaan sebesar PT.Garuda Indonesia saja, namun berlaku juga untuk perusahaan lain di Indonesia. Jika suatu perusahaan bisa menyediakan fasilitas layanan untuk karyawan akan sangat bagus untuk menunjang produktivitas para karyawanya dimana itu bisa menjadi timbal balik atas kerja keras karyawan yang telah mengabdi kepada perusahaan. Dengan begitu juga perusahaan mendapat benefit dengan perlahan atas berkembangnya perusahaan tersebut akan semakin maju. Sekian analisis saya, mohon maaf jika ada kekurangan atau kekeliruan.







Senin, 01 Oktober 2012

Pengalaman dan Manfaat Berorganisasi


Pengalaman dan Manfaat Berorganisasi
        
Pilihan hidup adalah sebuah perjalanan, rangkaian kata dan tindakan, bersatu padu dan mengalir membentuk sebuah jalan yang sangat jauh penuh akan persimpangan. Ya, persimpangan, dengan papan arah dan penunjuk yang sangat jelas, namun dengan ujung dan tujuan yang belum terlihat. Untuk bisa maju, kita harus memilih satu di antara kedua jalan tersebut. Jalan yang kita pilih bisa saja rusak, bergelombang, naik-turun dan tidak bisa juga bagus.
      
Setelah kita mengarungi jalan tersebut, mungkin kita berpikir bahwa kita akan menemukan ujungnya, namun itu tidak selalu pasti. Sangat mungkin dan seringkali terjadi adalah kita akan menemukan sebuah persimpangan lain, jalan baru yang harus kita pilih dan ambil. Mengarungi, memilih, menjalani, dan seterusnya.
       
Dalam hidup ini, dalam perjalanan yang kita tempuh ini, hanya ada satu ujung yang pasti, yaitu ketika menutup mata dan perjalanan menuju ke sana sangatlah panjang.
      
Hidup penuh dengan berbagai pilihan yang harus diambil demi melanjutkan perjalanan. Kadang pilihan tersebut terdengar sepele, namun berdampak besar. Sebaliknya, sebuah pilihan yang sepertinya luar biasa, mengambilnya harus dengan berkorban habis-habisan, ternyata bisa juga memberikan hasil yang hanya sebesar biji kurma. Semuanya mungkin.
   
Saya pun tidak lepas dari kewajiban melakukan kegiatan pilih-memilih tersebut. Dan, sebagai anak muda dengan masa depan masih jauh nan tak tersapa, wajarlah bagi saya untuk mendapati bahwa pilihan-pilihan yang saya hadapi ternyata sangat banyak, sangat prestisius, dan seringkali tampak begitu berharga seluruhnya. Hal tersebut menyulitkan saya untuk mengambil keputusan, dan menghambat saya untuk maju, seringkali.
   
Namun, saya telah melakukan satu pilihan yang Alhamdulillah saya tidak menyesal. Pilihan tersebut adalah memilih untuk berorganisasi.
   
Saya aktif dalam berorganisasi sejak masuk ke kampus Universitas Gunadarma. Bergabung dengan HIMSI (Himpunan Sistem Informasi) . mengikuti berbagai kepanitiaan, membantu membentuk saya menjadi pribadi yang lebih baik dari segi sikap, terutama. Saya diajarkan mengenai birokrasi, langkah-langkah dalam menyelenggarakan kegiatan/event, bagaimana tata laku untuk berhubungan dengan pihak-pihak atas, dan sebagainya.
   
Setelah saya masuk ke organisasi, menjalani berbagai kepanitiaan (dari panitia seminar biasa sampai meng-ospek adik-adik kelas), saya menjadi mengenal banyak orang. Saya jadi dikenal banyak orang. Saking banyaknya, sampai pernah suatu ketika terjadi hal berikut;
   
Pengalaman saya saat pergi ke kantin, yang ternyata rada kosong, hanya ada dua atau tiga orang di dalamnya. Jam makan siang, saya membeli nasi,telor dadar, dan sayur sup menu standar mahasiswa. Kemudian saat saya duduk, dua orang masuk. Keduanya teman saya, pernah satu kepanitiaan dengan saya. Mereka menyapa saya, saya menyapa mereka. Kemudian tiga orang masuk, dan tiga-tiganya mengenal saya karena satu SMA dengan saya. Tukar sapa lagi. Kemudian datang dua orang lagi, dua-duanya anak HIMSI. Tukar sapa. Seterusnya sampai saat jam makan siang selesai, saya mendapati seluruh anak yang ada di kantin tersebut ternyata saya kenal dan mereka mengenal saya.
   
Saya bukanlah orang yang cari popularitas. Saya lebih berusaha menekankan pentingnya stay low di manapun dan saya tidak pernah berusaha mencarinya. Baru di sini saya mengetahui bahwa popularitas ternyata memiliki suatu fungsi tersendiri yang mungkin sulit untuk didapatkan dengan cara-cara lain: Hubungan dengan orang lain, memberikan kita akses akan lebih banyak informasi dan kesempatan.


Selasa, 26 Juni 2012

Diferensiasi Sosial


Diferensiasi Sosial

Kalau kita memperhatikan masyarakat di sekitar kita, ada banyak sekali perbedaan-perbedaan yang kita jumpai. Perbedaan-perbedaan itu antara lain dalam agama, ras, etnis, clan (klen), pekerjaan, budaya, maupun jenis kelamin.Perbedaan-perbedaan itu tidak dapat diklasifikasikan secara bertingkat/vertikal seperti halnya pada tingkatan dalam lapisan ekonomi, yaitu lapisan tinggi, lapisan menengah dan lapisan rendah.Perbedaan itu hanya secara horisontal. Perbedaan seperti ini dalam sosiologi dikenal dengan istilah Diferensiasi Sosial.
Pengelompokan horisontal yang didasarkan pada perbedaan ras, etnis (suku bangsa), klen dan agama disebut kemajemukan sosial, sedangkan pengelompokan berasarkan perbedaan profesi dan jenis kelamin disebut heterogenitas sosial.
 Ciri-ciri yang Mendasari Diferensiasi Sosial
Diferensiasi sosial ditandai dengan adanya perbedaan berdasarkan ciri-ciri sebagai berikut
·         Ciri Fisik
Diferensiasi ini terjadi karena perbedaan ciri-ciri tertentu.Misalnya : warna kulit, bentuk mata, rambut, hidung, muka, dsb.
·         Ciri Sosial.
Diferensiasi sosial ini muncul karena perbedaan pekerjaan yang menimbulkan cara pandang dan pola perilaku dalam masyarakat berbeda. Termasuk didalam kategori ini adalah perbedaan peranan, prestise dan kekuasaan.Contohnya : pola perilaku seorang perawat akan berbeda dengan seorang karyawan kantor.
·         Ciri Budaya.
Diferensiasi budaya berhubungan erat dengan pandangan hidup suatu masyarakat menyangkut nilai-nilai yang dianutnya, seperti religi atau kepercayaan, sistem kekeluargaan, keuletan dan ketangguhan (etos). Hasil dari nilai-nilai yang dianut suatu masyarakat dapat kita lihat dari bahasa, kesenian, arsitektur, pakaian adat, agama, dsb.
Sebagai keragaman yang bersifat vertical (stratifikasi sosial), keragaman mengacu kepada urutan hirarkis seperti lebih rendah. Perbedaan itu mencerminkan pola masyarakat yang mengatur kedudukan dan peranan perilaku sosial. Keragaman ini memunculkan stratifikasi social dalam masyarakat. Secara umum masyarakat dibagi atas masyarakat kelas atas (upper class), kelas menengah (middle class), kelas bawah (lower class). Stratifikasi dalam masyarakat ada yang bersifat :
1.      Open social stratification (Stratifikasi terbuka)
Dimana setiap anggota masyarakat mempunyai kesempatan untuk berusaha dengan kecakapan sendiri untuk naik lapisan, atau bagi mereka yang tidak beruntung bias jatuh dari lapisan atas kebawah.
2.      Close social stratification (Stratifikasi tertutup)
Sistem ini membatasi kemungkinan pindahnya seseorang dari satu lapisan ke lapisan lainnya baik gerak keatas atau ke bawah. Dalam sistem ini satu-satunya jalan untuk menjadi anggota suatu lapisan dalam masyarakat adalah dengan kelahiran, seperti : sistem kasta di agama Hindu India, sistem apartheid yang pernah berlaku di Afrika Selatan.
Pada kebanyakan masyarakat stratifikasi social berbentuk piramida, dimana lapisan terendah jumlahnya relatif banyak. Biasanya lapisan yang lebih diatas tidak hanya memiliki satu saja yang dihargai masyarakat tetapi bersifat akumulatif. Misalnya, mereka yang punya uang mudah menguasai tanah, akumulasi kekayaan yang diperoleh dapat digunakan untuk mendapatkan kekuasaandan sebaliknya kekuasaan juga dapat menjadi alat untuk mendapat kekayaan ataupun kehormatan. Ukuran yang biasa dipakai untuk menggolongkan anggota masyarakat menjadi dasar pelapisan dalam masyarakat yaitu :
·         Ukuran kekayaan.
Barang siapa yang memiliki kekayaan paling banyak termasuk dalam lapisan teratas.
·         Ukuran kekuasaan.
Barang siapa yang memiliki kekuasaan atau memiliki wewenang terbesar termasuk dalam lapisan teratas.
·         Ukuran kehormatan.
Orang paling disegani dan dihormati termasuk dalam lapisan atas. Pada masyarakat tradisional golongan tua dan orang yang pernah berjasa sangat dihormati. Namun pada masa sekarang ukuran kehormatan ini sifatnya lebih rumit dan kompleks karena banyak distorsi dari ukuran-ukuran lainnya. Misalnya orang yang berpenampilan orang kaya lebih dihormati daripada orang yang berpenampilan sederhana.
·         Ukuran ilmu pengetahuan.
Hal ini dipakai oleh masyarakat yang menghargai ilmu pengetahuan saja, sama halnya dengan ukuran kehormatan saat ini ukuran ilmu pengetahuan ini juga rumit. Apakah ukuran ilmu pengetahuan itu dari gelar kesarjanaan saja atau bermanfaat atau tidaknya ilmu yang dimiliki untuk orang banyak?
Selain keberagaman yang bersifat vertical yang terwujud dalam bentuk stratifikasi sosial terdapat keragaman yang bersifat horizontal yang disebut dengan diferensiasi sosial. Diferensiasi sosial ini hamper sama dengan stratifikasi alamiah karena berasal dari hal-hal yang alamiah dan kodrati misalnya perbedaan dari sesuatu yang berbentuk fisik seperti (ras, warna kulit, bentuk muka, warna rambut0 ataupun nonfisik seperti (suku, agama, budaya, sistem kekerabatan, cara berfikir dan bersikap) yang terdapat dalam masyarakat.
Referensi:
http://okayana.blogspot.com/2010/06/diferensiasi-sosial-dan-stratifikasi.html
http://makalahkumakalahmu.net/2008/10/29/bentuk-bentuk-diferensiasi-sosial/

Pengangguran


Pengangguran

Pengangguran atau tuna karya adalah istilah untuk orang yang tidak bekerja sama sekali, sedang mencari kerja, bekerja kurang dari dua hari selama seminggu, atau seseorang yang sedang berusaha mendapatkan pekerjaan yang layak. Pengangguran umumnya disebabkan karena jumlah angkatan kerja atau para pencari kerja tidak sebanding dengan jumlah lapangan kerja yang ada yang mampu menyerapnya. Pengangguran seringkali menjadi masalah dalam perekonomian karena dengan adanya pengangguran, produktivitas dan pendapatan masyarakat akan berkurang sehingga dapat menyebabkan timbulnya kemiskinan dan masalah-masalah sosial lainnya.
Tingkat pengangguran dapat dihitung dengan cara membandingkan jumlah pengangguran dengan jumlah angkatan kerja yang dinyatakan dalam persen. Ketiadaan pendapatan menyebabkan penganggur harus mengurangi pengeluaran konsumsinya yang menyebabkan menurunnya tingkat kemakmuran dan kesejahteraan. Pengangguran yang berkepanjangan juga dapat menimbulkan efek psikologis yang buruk terhadap penganggur dan keluarganya. Tingkat pengangguran yang terlalu tinggi juga dapat menyebabkan kekacauan politik keamanan dan sosial sehingga mengganggu pertumbuhan dan pembangunan ekonomi. Akibat jangka panjang adalah menurunnya GNP dan pendapatan per kapita suatu negara. Di negara-negara berkembang seperti Indonesia, dikenal istilah "pengangguran terselubung" di mana pekerjaan yang semestinya bisa dilakukan dengan tenaga kerja sedikit, dilakukan oleh lebih banyak orang.
Definisi pengangguran menurut para ahli :
1. oleh Ida Bagoes Mantra, pengangguran adalah bagian dari angkatan kerja yang sekarang ini tidak bekerja dan sedang aktif mencari pekerjaan. Konsep ini sering diartikan sebagai keadaan pengangguran terbuka.
2. oleh Dumairy, pengangguran adalah orang yang tidak mempunyai pekerjaan lengkap. Lengkapnya orang yang tidak bekerja dan masih atau sedang mencari pekerjaan.

Penyebab Pengangguran :
Pengangguran umumnya disebabkan karena jumlah angkatan kerja tidak sebanding dengan jumlah lapangan pekerjaan yang mampu menyerapnya. Pengangguran seringkali menjadi masalah dalam perekonomian karena dengan adanya pengangguran, produktivitas dan pendapatan masyarakat akan berkurang sehingga dapat menyebabkan timbulnya kemiskinan dan masalah-masalah sosial lainnya. Tingkat pengangguran dapat dihitung dengan cara membandingkan jumlah pengangguran dengan jumlah angkatan kerja yang dinyatakan dalam persen.
Ketiadaan pendapatan menyebabkan penganggur harus mengurangi pengeluaran konsumsinya yang menyebabkan menurunnya tingkat kemakmuran dan kesejahteraan. Pengangguran yang berkepanjangan juga dapat menimbulkan efek psikologis yang buruk terhadap penganggur dan keluarganya. Tingkat pengangguran yang terlalu tinggi juga dapat menyebabkan kekacauan politik, keamanan dan sosial sehingga mengganggu pertumbuhan dan pembangunan ekonomi. Akibat jangka panjang adalah menurunnya GNP dan pendapatan per kapita suatu negara.
Di negara-negara berkembang seperti Indonesia, dikenal istilah "pengangguran terselubung" di mana pekerjaan yang semestinya bisa dilakukan dengan tenaga kerja sedikit, dilakukan oleh lebih banyak orang.
            Sebenarnya kesulitan lapangan kerja disebabkan oleh 2 faktor utama: faktor Pribadi dan faktor sosial ekonomi.
1.     Faktor Pribadi
Dalam hal ini penyebab pengangguran bisa disebabkan oleh kemalasan, cacat/udzur dan rendahnya pendidikan dan ketrampilan. Penjelasannya sebagai berikut :
1.     Faktor kemalasan Penganguran yang berasal dari kemalasan individu sebenarnya sedikit. Namun, dalam sistem materialis dan politik sekularis, banyak yang mendorong masyarat menjadi malas, seperti sistem penggajian yang tidak layak atau maraknya perjudian. Banyak orang yang miskin menjadi malas bekerja karena berharap kaya mendadak dengan jalan menang judi atau undian.
2.     Faktor cacat /uzur Dalam sistem kapitalis hukum yang diterapkan adalah ‘hukum rimba’. Karena itu, tidak ada tempat bagi mereka yang cacat/uzur untuk mendapatkan pekerjaan yang layak.
3.      Faktor rendahnya pendidikan dan keterampilan Saat ini sekitar 74% tenaga kerja Indonesia adalah mereka yang berpendidikan rendah, yaitu SD dan SMP. Dampak dari rendahnya pendidikan ini adalah rendahnya keterampilan yang mereka milki. Belum lagi sistem pendidikan Indonesia yang tidak fokus pada persoalan praktis yang dibutuhkan dalam kehidupan dan dunia kerja. Pada akhirnya mereka menjadi pengangguran intelek.

2.     faktor sistem sosial dan ekonomi
Faktor ini merupakan penyebab utama meningkatnya pengangguran di Indonesia, di antaranya:
A.      Ketimpangan antara penawaran tenaga kerja dan kebutuhan
Tahun depan diperkiraan akan muncul pencari tenaga kerja baru sekitar 1,8 juta orang, sedangkan yang bisa ditampung saat ini dalam sektor formal hanya 29%. Sisanya di sektor informal atau menjadi pengangguran.
B.      Kebijakan Pemerintah yang tidak berpihak kepada rakyat
Banyak kebijakan Pemerintah yang tidak berpihak kepada rakyat dan menimbulkan pengangguran baru, Menurut Menakertrans, kenaikan BBM kemarin telah menambah pengangguran sekitar 1 juta orang.
Kebijakan Pemerintah yang lebih menekankan pada pertumbuhan ekonomi bukan pemerataan juga mengakibatkan banyak ketimpangan dan pengangguran. Banyaknya pembukaan industri tanpa memperhatikan dampak lingkungan telah mengakibatkan pencemaran dan mematikan lapangan kerja yang sudah ada. Salah satu kasus, misalnya, apa yang menimpa masyarakat Tani Baru di Kalimantan. Tuntutan masyarakat Desa Tani Baru terhadap PT VICO untuk menghentikan operasi seismiknya tidak mendapat tanggapan. Penghasilan tambak mereka turun hampir 95 persen akibat pencemaran yang ditimbulkan PT VICO. Tanah menjadi tidak subur, banyak lubang bekas pengeboran dan peledakan, serta mengeluarkan gas alam beracun. Akibatnya, rakyat di sana menjadi orang-orang miskin dan penganggguran.
C.      Pengembangan sektor ekonomi non-real
Dalam sistem ekonomi kapitalis muncul transaksi yang menjadikan uang sebagai komoditas yang di sebut sektor non-real, seperti bursa efek dan saham perbankan sistem ribawi maupun asuransi. Sektor ini tumbuh pesat. Nilai transaksinya bahkan bisa mencapai 10 kali lipat daripada sektor real.
Pertumbuhan uang beredar yang jauh lebih cepat daripada sektor real ini mendorong inflasi dan penggelembungan harga aset sehingga menyebabkan turunnya produksi dan investasi di sektor real. Akibatnya, hal itu mendorong kebangkrutan perusahan dan PHK serta pengangguran. Inilah penyebab utama krisis ekonomi dan moneter di Indonesia yang terjadi sejak tahun 1997. Peningkatan sektor non-real juga mengakibatkan harta beredar hanya di sekelompok orang tertentu dan tidak memilki konstribusi dalam penyediaan lapangan pekerjaan.
D.     Banyaknya tenaga kerja wanita
Jumlah wanita pekerja pada tahun 1998 ada sekitar 39,2 juta. Jumlah ini terus meningkat setiap tahunnya. Peningkatan jumlah tenaga kerja wanita ini mengakibatkan persaingan pencari kerja antara wanita dan laki-laki. Akan tetapi, dalam sistem kapitalis, untuk efesiensi biaya biasanya yang diutamakan adalah wanita karena mereka mudah diatur dan tidak banyak menuntut, termasuk dalam masalah gaji. Kondisi ini mengakibatkan banyaknya pengangguran di pihak laki-laki.
Jenis & macam pengangguran
Berdasarkan jam kerja
Berdasarkan jam kerja, pengangguran dikelompokkan menjadi 3 macam:
Pengangguran Terselubung (Disguised Unemployment) adalah tenaga kerja yang tidak bekerja secara optimal karena suatu alasan tertentu.
Setengah Menganggur (Under Unemployment) adalah tenaga kerja yang tidak bekerja secara optimal karena tidak ada lapangan pekerjaan, biasanya tenaga kerja setengah menganggur ini merupakan tenaga kerja yang bekerja kurang dari 35 jam selama seminggu.
Pengangguran Terbuka (Open Unemployment) adalah tenaga kerja yang sungguh-sungguh tidak mempunyai pekerjaan. Pengganguran jenis ini cukup banyak karena memang belum mendapat pekerjaan padahal telah berusaha secara maksimal.
Berdasarkan penyebab terjadinya
Berdasarkan penyebab terjadinya, pengangguran dikelompokkan menjadi 7 macam:
Pengangguran friksional (frictional unemployment)
Pengangguran friksional adalah pengangguran yang sifatnya sementara yang disebabkan adanya kendala waktu, informasi dan kondisi geografis antara pelamar kerja dengan pembuka lamaran pekerja tidak mampu memenuhi persyaratan yang ditentukan pembuka lapangan kerja. Semakin maju suatu perekonomian suatu daerah akan meningkatkan kebutuhan akan sumber daya manusia yang memiliki kualitas yang lebih baik dari sebelumnya.
Pengangguran konjungtural (cycle unemployment)
Pengangguran konjungtoral adalah pengangguran yang diakibatkan oleh perubahan gelombang (naik-turunnya) kehidupan perekonomian/siklus ekonomi.
Pengangguran struktural (structural unemployment)
Pengangguran struktural adalah pengangguran yang diakibatkan oleh perubahan struktur ekonomi dan corak ekonomi dalam jangka panjang. Pengangguran struktural bisa diakibatkan oleh beberapa kemungkinan, seperti:
Akibat permintaan berkurang
Akibat kemajuan dan pengguanaan teknologi
Akibat kebijakan pemerintah
Pengangguran musiman (seasonal Unemployment)
Pengangguran musiman adalah keadaan menganggur karena adanya fluktuasi kegiaan ekonomi jangka pendek yang menyebabkan seseorang harus nganggur. Contohnya seperti petani yang menanti musim tanam, pedagang durian yang menanti musim durian.
Pengangguran siklikal
Pengangguran siklikal adalah pengangguran yang menganggur akibat imbas naik turun siklus ekonomi sehingga permintaan tenaga kerja lebih rendah daripada penawaran kerja.
Pengangguran teknologi
Pengangguran teknologi adalah pengangguran yang terjadi akibat perubahan atau penggantian tenaga manusia menjadi tenaga mesin-mesin.
Pengangguran siklus
Pengangguran siklus adalah pengangguran yang diakibatkan oleh menurunnya kegiatan perekonomian karena terjadi resesi. Pengangguran siklus disebabkan oleh kurangnya permintaan masyarakat (aggrerate demand).

Cara – cara Mengatasi Pengangguran :

Adanya bermacam-macam pengangguran membutuh-kan cara-cara mengatasinya yang disesuaikan dengan jenis pengangguran yang terjadi, yaitu sebagai berikut.
Cara Mengatasi Pengangguran Struktural
Untuk mengatasi pengangguran jenis ini, cara yang digunakan adalah :
Peningkatan mobilitas modal dan tenaga kerja.
Segera memindahkan kelebihan tenaga kerja dari tempat dan sector yang kelebihan ke tempat dan sektor ekonomi yang kekurangan.
Mengadakan pelatihan tenaga kerja untuk mengisi formasi kesempatan (lowongan) kerja yang kosong, dan
Segera mendirikan industri padat karya di wilayah yang mengalami pengangguran.
Cara Mengatasi Pengangguran Friksional
Untuk mengatasi pengangguran secara umum antara lain dapat digunakan cara-cara sebagai berikut.
Perluasan kesempatan kerja dengan cara mendirikan industri-industri baru, terutama yang bersifat padat karya.
Deregulasi dan debirokratisasi di berbagai bidang industri untuk merangsang timbulnya investasi baru.
Menggalakkan pengembangan sektor informal, seperti home industry.
Menggalakkan program transmigrasi untuk menyerap tenaga kerja di sektor agraris dan sektor formal lainnya.
Pembukaan proyek-proyek umum oleh pemerintah, seperti pembangunan jembatan, jalan raya, PLTU, PLTA, dan lain-lain sehingga bisa menyerap tenaga kerja secara langsung maupun untuk merangsang investasi baru dari kalangan swasta.
Cara Mengatasi Pengangguran Musiman
Jenis pengangguran ini bisa diatasi dengan cara sebagai berikut.
Pemberian informasi yang cepat jika ada lowongan kerja di sektor lain, dan
Melakukan pelatihan di bidang keterampilan lain untuk memanfaatkan waktu ketika menunggu musim tertentu.
Cara Mengatasi Pengangguran Siklus
Untuk mengatasi pengangguran jenis ini antara lain dapat digunakan cara-cara sebagai berikut.
Mengarahkan permintaan masyarakat terhadap barang dan jasa, dan
Meningkatkan daya beli masyarakat.

Akibat pengangguran

Bagi perekonomian negara
Penurunan pendapatan perkapita.
Penurunan pendapatan pemerintah yang berasal dari sektor pajak.
Meningkatnya biaya sosial yang harus dikeluarkan oleh pemerintah.
Bagi masyarakat
Pengangguran merupakan beban psikologis dan psikis.
Pengangguran dapat menghilangkan keterampilan, karena tidak digunakan apabila tidak bekerja.
Pengangguran akan menimbulkan ketidakstabilan sosial dan politik.

Sumber :
http://www.jurnal-ekonomi.org/apa-penyebab-pengangguran-dan-sulitnya-lapangan-kerja-dalam-perekonomian-kapitalis/
http://id.wikipedia.org/wiki/Pengangguran

Masalah Sosial Pada Masyarakat Indonesia


Masalah Sosial Pada Masyarakat Indonesia

Masalah Sosial, Pengertian dan contoh di masyarakat. Indonesia adalah negara yang mempunyai penduduk sangat padat terutama di kota-kota besar. Dengan jumplah penduduk yang sangat padat, membuat Indonesia banyak mengalami masalah sosial. Masalah sosial itu sendiri adalah suatu kondisi yang dirumuskan atau dinyatakan oleh suatu entitas yang berpengaruh yang mengancam nilai-nilai suatu masyarakat sehingga berdampak kepada sebagian besar anggota masyarakat dan kondisi itu diharapkan dapat diatasi melalui kegiatan bersama. Misalnya saja Kemiskinan, Pendidikan dan kejahatan. Tak hanya itu, Masalah lain yang paling banyak di indonesia juga ada seperti Banyaknya pengangguran dan kurangnya keadilanuntuk masyarakat terutama masyarakat kecil. bukan menjadi rahasia lagi, Indonesia memiliki catatan hukum yang jelek. Kadang yang salah terlihat benar dan yang benar bisa terlihat salah. Kesenjangan kadang juga timbul antara si kaya dan si miskin. Dan berikut ini sedikit Contoh Masalah sosial yang ada di masyarakat Indonesia:
1.      Kemiskinan
Kemiskinan adalah keadaan dimana terjadi ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar seperti makanan , pakaian , tempat berlindung, pendidikan, dan kesehatan. Kemiskinan di indonesia terjadi bukan hanya di daerah pelosok saja, tetapi juga terjadi di daerah perkotaan yang konon menjanjikan banyak kemewahan. Hal ini terjadi karena banyak faktor, dan diantaranya adalah masalah pendidikan yang belum bisa semua masyarakat indonesia rasakan. Akan tetapi menurut survai, Kemiskinan di indonesia semakin berkurang .
2.      Pendidikan
Indonesia termasuk negara yang tingkat pendidikannya cukup rendah di dunia. Banyak sekali anak-anak yang harusnya sekolah, mereka sibuk membantu orang tuanya untuk bekerja mencari nafkah. Pastinya mereka (anak-anak indonesia) ingin merasakan sekolah seperti anak-anak yang lain. akan tetapi keadaan perekonomian orang tua yang kurang mampu membuat mereka mengubur keinginan tersebut. Meskipun pemerintah telah mengucurkan dana BOS, tetapi pada kenyataannya masih banyak anak-anak dijalanan ketika jam sekolah.
3.      Kejahatan
Indonesia memiliki tingkat kriminalitas yang tinggi, apalagi di daerah kota besar. Jenis kejahatan yang dilakukan juga beragam, dari segi motif dan caranya. Tapi paling banyak yang terjadi adalah kejahatan yang timbul karena faktor ekonomi. Ini terjadi bukan hanya pada orang yang kurang terpelajar, akan tetapi orang yang terpelajarpun juga kadang masuk dalam daftar orang yang melakukan tindakan kriminal. misalnya saja pemalakan, tawuran dsb. Ini bisa dilihat di acara televisi yang setiap hari pasti ada tayangan kriminal yang terjadi entah itu di ibu kota atau di daerah.
4.      Pengangguran
Pengangguran adalah masalah serius yang dihadapi indonesia sejak beberapa tahun yang lalu. Jumplah penduduk yang semakin banyak tak diimbangi dengan jumplah lapangan kerja yang banyak pula, sehingga terjadi banyak pengangguran. Pengangguran juga bertambah seiring kebiasaan masyarakat yang datang dari daerah memadati ibu kota. Kadang mereka datang dengan modal nekat tanpa ketrampilan khusus sehingga di kota mereka tak punya kerjaan. Sebenarnya lapangan pekerjaan bisa kita ciptakan sendiri tanpa harus pergi ke ibukota.
5.      Keadilan
Keadilan adalah kondisi kebenaran ideal secara moral mengenai sesuatu hal, baik menyangkut benda atau orang. Menurut sebagian besar teori, keadilan memiliki tingkat kepentingan yang besar. John Rawls, filsuf Amerika Serikat yang dianggap salah satu filsuf politik terkemuka abad ke-20, menyatakan bahwa "Keadilan adalah kelebihan (virtue) pertama dari institusi sosial, sebagaimana halnya kebenaran pada sistem pemikiran" [1]. Tapi, menurut kebanyakan teori juga, keadilan belum lagi tercapai: "Kita tidak hidup di dunia yang adil" [2]. Kebanyakan orang percaya bahwa ketidakadilan harus dilawan dan dihukum, dan banyak gerakan sosial dan politis di seluruh dunia yang berjuang menegakkan keadilan.
6.      Kemacetan Lalu Lintas.
Kemacetan lalu lintas yang parah juga di alami masyarakat Indonesia karena banyaknya kendaraan pribadi yang berkeliaran hanya karena ketidaknyamanannya kendaraan umum dan ketidaklayakannya kendaraan umum untuk beroperasi.Dengan adanya kemacetan tersebut,produktifitas masyarakat bisa terhambat karena sulitnya mencapai tempat kerja.Masyarakat dan pemerintah harusnya berpikir jauh ke depan dalam masalah ini.Pemerintah seharusnya mengganti semua armada kendaraan yang ada dengan yang baru atau paling tidak memperbaharui kendaraan yang tidak layak pakai agar masyarakat juga akhirnya tidak menggunakan kendaraan pribadi yang juga menyebabkan berkurangnya cadangan BBM di Indonesia.Selain banyaknya kendaraan yang berlalu lalang,jalan yang rusak juga menjadi penyebab kemacetan lalu lintas,untuk itu pemerintah juga harus membenahi jalan tersebut,dan jika pemerintah tidak mempedulikan hal itu,masyarakat sekitar jalan tersebut juga sebaiknya mengambil inisiatif sendiri untuk memperbaiki jalan rusak tersebut dengan bergotong royong.
    
7.     Sampah dan Kebersihan Lingkungan.
Kebersihan lingkungan menjadi salah satu masalah penting di masyarakat karena dengan lingkungan yang bersih masyarakat dapat hidup dengan sehat dan nyaman.Tetapi jika lingkungannya kotor dan jorok,masyarakat sekitar pun menjadi enggan tinggal di sana dan malah mungkin berpikiran “tempatnya kan memang sudah kotor,jadi tidak apa-apa jika saya membuang sampah sembarangan”.Pikiran itulah yang membentuk lingkungan menjadi semakin kotor.Untuk menghilangkan pikiran dan perilaku membuang sampah sembarangan,sebaiknya ketua lingkungan tersebut mengadakan kerja bakti untuk membersihkan lingkungan mereka.Dengan adanya kerja bakti tersebut juga bisa mempererat hubungan antar masyarakat daerah tersebut.

Menurut saya pemerintah Indonesia seharusnya memperhatikan masalah ini. Agar bisa bangkit Indonesia dari keterpurukan. Jika pemerintah serius menangani masalah ini bukan tidak mungkin Indonesia bukan menjadi Negara berkembang lagi melinkan Negara maju seperti Amerika dan Eropa,  yang rakyatnya sudah sejahtera . 

Referensi:
http://www.rofingi.com/2012/03/masalah-sosial-pengertian-dan-contoh-di.html
http://ulvvaullulazzmi.wordpress.com/2011/10/28/masalah-sosial-di-indonesia/

Timbulnya Kesenjangan Sosial Pada Masyarakat Perkotaan


Timbulnya Kesenjangan Sosial Pada Masyarakat Perkotaan


Adanya kesenjangan sosial yang semakin hari semakin memprihatinkan membuat banyak orang makin amburadul,khususnya di lingkungan perkotaan. Orang-orang desa yang merantau dikotapun ikut terkena dampak dari hal ini,memang benar kalau dikatakan bahwa “ Yang kaya makin kaya,yang miskin makin miskin”. Adanya ketidak pedulian terhadap sesama ini dikarenakan adanya kesenjangna yang terlalu mencolok antara yang “kaya” dan yang “miskin”. Banyak orang kaya yang memandang rendah kepada golongan bawah,apalagi jika ia miskin dan juga kotor,jangankan menolong,sekedar melihatpun mereka enggan.
Disaat banyak anak-anak jalanan yang tak punya tempat tinggal dan tidur dijalanan, namun masih banyak orang yang berleha-leha tidur di hotel berbintang ,banyak orang diluar sana yang kelaparan dan tidak bisa memberi makan untuk anak-anaknya tapi lebih bnyak pula orang kaya sedang asyik menyantap berbagai makanan enak yang harganya selangit. Disaat banyak orang-orang miskin kedinginan karena pakaian yang tidak layak mereka pakai,namun banyak orang kaya yang berlebihan membeli pakaian bahkan tak jarang yang memesan baju dari para designer seharga 250.000 juta,dengan harga sebnyak itu seharusnya sudah dapat memberi makan orang-orang miskin yang kelaparan.
Pemerintah harusnya lebih memperhatikan masalah yang seperti ini,pembukaan UUD 45 bahkan telah memberi amanat kepada pemerintah untuk memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan bangsa,harusnya orang-orang yang berada di pemerintahan lebih serius untuk memikirkan kepentingan bangsa yang memang sudah menjadi tanggung jawab mereka,tapi dari kasus-kasus yang sekarang ini tentang para anggota pemerintahan yang melakukan korupsi dapat menunjukan bahwa tidak sedkit dari mereka masih memikirkan kepentingannya masing-masing,uang dan biaya yang seharusnya untuk kemakmuran masyarakat dimakan oleh mereka sendiri.Kalaupun pada akhirnya mereka mendapatkan hukuman itu bukanlah “hukuman” yang sebenarnya,banyak dari mereka masih tetap hidup mewah walaupun mereka dalam kurungan penjara yang seharusny memebuat mereka jera.
Agama mengajarkan agar masing-masing dari kita memiliki kepekaan sosial. Agar mau memanfaatkan rezeki dari pendapatan,kekayaan,kepintaran dan kemampuannya untuk kepentingan bersama. Bahkan kita sebagai manusia juga diharuskan untuk saling tolong menolong kepeda sesamanaya. Namun dalam kenyataanya,semua itu hanyalah mimpi semu dan kenyataan yang tak pernah menjadi nyata…..Karena sampai sekarang disekitar kita masih banyak anak-anak terlantar,pengemis,dan kelaparan yang merajalela. Masih segudang orang miskin yang mengaharapkan bantuan dari tangan orang yang berhati dermawan,bukan hanya bantuan materil semata tapi juga keadilan,kemakmura,perlakuan baik dan segudang hak-hak mereka sebagai manusia dan warga Negara Indonesia yang pantas mereka dapatkan seperti layaknya orang lain,bukan hanya memandang sebelah mata kepada mereka.Dengan keadaan sosial masyarakat Indonesia yang makin memprihatinkan,timbul pertanyaan siapakah yang bertanggung jawab atas kegagalan dalam mensejahterkan bangsa ini?
Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Linda Agum Gumelar mengeluhkan masih tingginya kesenjangan sosial antara perempuan dan laki-laki dalam masyarakat Indonesia. “Ini akibat implikasi dari konstruksi sosial yang melahirkan diskriminasi perempuan,” kata dia dalam pidatonya pada acara Seminar Ikatan Alumni Institut teknologi Sepuluh Nopember Surabaya di Kementerian Pekerjaan Umum, Jakarta, Rabu 18 April 2012.
Ia mencontohkan hasil Gender-related Development Index (GDI) pada 2012. Indeks pembangunan gender tersebut mengukur tingkat capaian pembangunan berbasis gender dengan tiga variabel, yaitu pendidikan, kesehatan dan ekonomi. Nilai rata-rata GDI di seluruh provinsi di Indonesia pada 2010 adalah 67,2. "Namun, hanya sembilan provinsi yang memiliki GDI di atas nilai rata-rata nasional," kata dia. Contoh provinsi tersebut adalah Jakarta, Yogyakarta, Sumatera Utara, dan Sulawesi Utara. Ia mengindikasikan bahwa kesenjangan capaian antara perempuan dan laki-laki pada tiga bidang pembangunan strategis tersebut masih terjadi.
Selain data GDI, Linda mencontohkan data persentase  perempuan yang duduk di legislatif pada pemilu 2009. Hasil pemilu tersebut menunjukkan hanya ada 18 persen perempuan yang duduk menjadi anggota Dewan perwakilan Rakyat. Sedangkan di Dewan Perwakilan Daerah, jumlah perempuan hanya 60 orang dari 246 anggota DPD, atau sekitar 22,7 persen. Sedangkan di yudikatif, baik pada Mahkamah Konstitusi maupun Mahkamah Agung, posisi strategis yang diisi perempuan baru 5,88 persen.Linda mengatakan data tersebut seharusnya dapat menggugah kesadaran kaum perempuan kesadaran bahwa posisi perempuan masih di bawah laki-laki. "Padahal dari segi edukasi perempuan dan laki-laki tidak berbeda jauh," kata dia. Ia menjelaskan, dari total jumlah penduduk usia 15 tahun ke atas, 6,62 persen perempuan melanjutkan ke pendidikan tinggi, sedangkan laki-laki 7,12 persen.
Pada pidato yang sama, ia mengatakan masih banyak diskriminasi perempuan dalam kehidupan bermasyarakat. Berdasarkan analisanya, hal tersebut merupakan implikasi dari konstruksi sosial yang melahirkan diskriminasi perempuan. Menurutnya masih banyak masyarakat yang memiliki pola pemikiran yang menempatkan posisi perempuan lebih rendah dari pada laki-laki. Sayangnya, kata dia, konstruksi sosial itu telah melekat bertahun-tahun pada masyarakat dan dijadikan mempengaruhi perempuan hingga dirinya enggan mengembangkan potensinya.
Menurut saya tidak seharusnya masyarakat perkotaan mengalami kesenjangan sosial karena setiap manusia hidup di dunia ini adalah sama dan mereka mempunyai hak dan kewajibanya masing - masing .
Referensi:

Sabtu, 05 Mei 2012

Faktor Yang Menyebabkan Timbulnya Anarkis


Ada beberapa faktor yang menyebabkan munculnya tindakan anarkis dalam demonstrasi antara lain :

Sikap Para Demonstran Yang Menganggap Pendapat Mereka Paling Benar Dan Harus Dituruti
Hal ini bisa kita lihat dalam pelaksanaan demonstrasi, para demonstran menganggap bahwa aspirasi atau pendapat mereka suarakan merupakan-merupakan aspirasi yang benar, mereka juga menganggap bahwa aspirasi mereka suarakan merupakan aspirasi yang mewakili suara hati seluruh rakyat Indonesia, dengan dasar itulah mereka menganggap bahwa apa yang mereka pikirkan, apa yang mereka ucapkan dan apa yang mereka lakukan merupakan hal yang benar dan mereka menginginkan agar apa yang mereka suarakan bisa terralisasikan. Dengan dasar kebenaran ini maka dalam pelaksanaan demonstrasi para demonstran bukan hanya sekedar mengemukakan pendapat namun lebih mengarah pada memaksakan pendapat, sehingga untuk memaksakan kehendaknya ini mereka melakukan tindakan anarkis. Jadi tindakan anarkis yang di lakukan merupakan wujud dari pemaksaan kehendak, dengan harapan agar kehendak atau aspirasi yang mereka suarakan dapat diperhatikan.

Suasana Panas, Sesak Dan Penat Akan Membuat Para Demonstran Cenderung Mudah Terpancing Emosi
Anarkisme juga bisa disebabkan karena situasi ketika demo terjadi, umumnya dalam suatu demonstrasi memerlukan waktu yang tidak sebentar dan dilakukan di siang hari, suasana yang panas, sesak dan penat akan mudah membuat para demonstran untuk terpancing emosinya dan mudah marah. Ketika demonstrasi kondisi fisik dari para anggota juga pasti mengalami kelelahan, dengan kondisi ini jika dalam suasana yang panas atau hujan deras maka akan membuat para demonstran mudah marah, hal ini akan mengakibatkan tindakan anarkis, jika salah satu anggota lain akan mudah tertular untuk melakukan tindakan yang serupa.

Tidak Ada Perwakilan Yang Bersedia Menanggapi Dan Berbicara Dengan Para Demostran
Ketika ada niat untuk melakukan demonstrasi, tentunya suatu kelompok atau pihak yang akan melakukan demonstrasi sudah mempunyai suatu pandangan, gagasan atau pemikiran yang mereka yakini kebenarannya, inilah yang nantinya akan mereka suarakan dengan harapan apa yang meraka suarakan bisa menjadi kenyataan, atau paling tidak mendapatkan tanggapan dari pihak yang mereka harapakan. Namum banyak kejadian ketika ada demonstrasi tidak ada satu pun orang yang bersedia menemui para demonstran untuk berbicara dengan member penjelasan, hal ini membuat para demonstran kecewa, marah hingga melakukan tindakan anarkis sebagai luapan emosinya. Solidaritas yang tinggi antara para anggota demonstran. Dalam suatu demonstrasi umumnya, para demonstran memiliki solidaritas yang sangat tinggi antara anggota satu dengan anggota yang lainnya, jika salah satu anggota melakukan hal yang baik maka kemungkinan besar anggota yang lain akan melakukan hal yang sama, tetapi yang dalam demo selama ini khususnya di awal tahun 2010 ini bukanlah solidaritas yang baik, tetapi lebih mengarah pada solidaritas yang buruk, jika salah satu anggota berteriak SBY maling, maka yang lain juga akan melakukan hal yang sama. Salah satu hal yang menyebabkan tindakan anarkis dalam demonstrasi adalah kuatnya solidaritas antara demonstran satu dengan yang lainnya, tindakan anarkis awalnya hanya dilakukan oleh satu atau beberapa orang saja, namun karena para demonstran kesamaan Visi, Misi dan tujuan maka mereka mempunyai solidaritas yang tinggi. Jika salah seorang anggota melakukan tindakan anarkis maka anggota yang lain akan melakukan tindakan yang sama, jika salah seorang anggota di amankan oleh pihak kepolisian maka anggota yang lainakan berusaha menyelamatkan rekannya. Hal ini terkadang memicu kerusuhan antara demonstran dengan aparat kepolisian.

Kerusuhan Dalam Demo Memang Sudah Di Rencanakan
Salah satu faktor yang menyebabkan tindakan anarkis dalam demo yaitu, kerusuhan dalam demonstrasi memang sudah direncanakan sebelumnya, kerusuhan ini biasanya dilakukan oleh lawan politik atau pihak-pihak lain yang tidak suka dengan pemerintahan yang sedang berjalan. Kasus ini sering terjadi di Indonesia, dalam demo di Mojokerto beberapa waktu lalu terjadi kerusuhan yang mengakibatkan kerugian hingga 1,4 M, demo ini disebabkan karena salah satu kandidat calon bupati tidak diloloskan menjadi calon bupati oleh KPU setempat. Akibatnya para pendukung bupati yang tidak lolos berdemo didepan KPU Mojokerto dan melakukan pengerusakan terhadap fasilitas Negara. Dalam demo ini hampir 100 orang di tahan, dari barang bukti yang berhasil diamankan oleh polisi bisa disimpulkan bahwa kerusuhan atau tindakan anarkis para demonstran sudah direncanakan.

Adanya Provokasi
Setia demonstrasi tentunya melibatkan banyak orang, hal ini membuat situasi sangat sulit untuk dikontrol dan dikendalikan, selain itu banyaknya demonstran juga sangat rawan dengan provokasi, baik provokasi dari dalam maupun dari luar, provokasi dari dalam biasanya dilakukan oleh salah satu anggota demonstran yang mempunyai kecenderungan prilaku menyimpang dalam keseharianya, sehingga dimanapun orang tersebut berada maka akan ada potensi untuk rusuh akibat perilaku yang dilakukannya. Lalu provokasi juga mungkin dilakukan oleh pihak-pihak luar yang menginginkan suasana demo menjadi rusuh. Dalam suatu demonstrasi umumnya pihak atau kelompok yang melakukan demo mempunyai Visi dan Misi yang sama, sehingga dengan kesamaan ini para demonstran cenderung memiliki solidaritas yang tinggi antara sesama anggota. Sehingga jika salah satu anggota melakukan tindakan anarkis maka anggota yang lain juga akan akan sangat mudah untuk mengikuti tindakan tersebut.

ANARKISME AKIBAT LEMAHNYA PENEGAKAN HUKUM
1. Butuh Ketegasan
Berbicara tentang hukum, tidak bisa dipisahkan dengan sanksi. Hukum tidak mungkin ditegakkan, tanpa sanksi yang tegas. Disinilah salah satu kelemahan mendasar dari negara. Pemerintah tidak tegas dalam menerapkan sanksi kepada para pelanggar hukum, para pembuat onar di masyarakat.
2. Kurang Profesional
Tuntutan akan profesionalisme aparat hukum dalam menangani kasus, bukanlah isapan jempol. Bahkan, tuntutan adalah sebuah keharusan bagi seluruh institusi hukum.
3. Belajar dari Negara Lain
Sebenarnya setiap negara memiliki benih-benih konflik, termasuk konflik agama. Meski konflik dinegara lain, tidak begitu menimbulkan efek yang besar bagi negaranya. Hal ini, tidak lepas dari kecakapan negara lain, dalam mengelola issu, dan meredam konflik tersebut.
CARA MENGATASI TINDAKAN ANARKIS :
Pembentukan detasemen yang khusus untuk menanggulangi aksi anarkis adalah terobosan baru untuk menangani aksi anarkis yang terjadi di beberapa daerah. Detasemen ini punya arti penting dalam penanganan aksi anarki yakini artinya intelejen deteksi dini, warning, respon, dan prediksi. Sehingga apabila tindakan anarki terjadi, ada satuan untuk menangani itu. Detasemen dilakukan dengan jumlah personel yang besar, sesuai dengan tugasnya, menghadapi massa yang besar. Anggota detasemen dapat dilengkapi dengan sepeda motor, sebab, kerusuhan yang bisa terjadi tak hanya di satu titik dan bergerak. Agar bisa  mobile sehingga cepat, bisa langsung ke lokasi-lokasi terjadi trouble tadi.
Pembentukan detasemen khusus ini sebagai pengejawantahan Prosedur Tetap Nomor 01/X/2010 tentang Penanggulangan Tindakan Anarki. Pembentukan detasemen anti anarkis ini tidak  dilatarbelakangi ketidakmampuan satuan-satuan Polri. Detasemen ini  dibentuk untuk meningkatkan pelayanan keamanan kepada masyarakat. Ini  dilihat dari tantangan tugas yang terus berkembang. Oleh sebab itu, perlu lebih dikhususkan lagi. Detasemen Anti Anarkis ini terdiri dari beberapa  unsur, di antaranya Brimob, Samapta, dan tim penembak sebagai tim  penindak untuk membantu tim Dalmas dalam menghadapi massa. Detasemen ini hanya akan menangani aksi anarkis,  bukan unjuk rasa biasa. Untuk mengatasi anarkisme ini juga dapat dilalui dengan cara memperkuat satuan Samapta serta memperkuat fungsi intelijen dan pembinaan massa. Intelijen masuk terlebih dahulu mendapatkan data-data kuat dan kemudian masuk pembinaan memberikan pendekatan secara edukatif pada masyarakat bagaimana penyelesaian masyarakatnya.
Selain pembentukan detasemen oleh pemerintah, dari masyarakat sendiri ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi anarkisme, diantaranya :
1. Melakukan bimbingan konseling terhadap masyarakat yang mempunyai permasalahan-permasalahan, dalam hal ini bimbingan konseling ditekankan pada kalangan siswa dan mahasiswa, karena proses pembentukan karakter itu terjadi pada masa peralihan dari remaja menuju dewasa.
2. Melakukan musyawarah dalam mengatasi masalah-masalah yang timbul di lapisan masyarakat.
3. Memperbanyak sarana dan prasarana da mempermudah proses dalam menampung aspirasi masyarakat        agar keinginan dan harapan masyarakat dapat terealisasikan.
4. Meningkatkan rasa toleransi antar lapisan masyarakat agar tidak timbul kesenjangan.
5. Mengimplementasikan nilai-nilai dari pendidikan kewarganegaraan.


Kesimpulan :
Menurut Saya Tindakan Anarkis itu timbul karena ada yang memprovokatori dan kurangnya kesadaran masyarakat akan pentingnya menyelesaikan masalah dengan jalan musyawarah. Tindakan anarkis sangat tidak baik . Hanya karena beberapa orang yang anarkis semuanya jadi anarkis dan membuat semuanya berantakan . Hal itu hanya membuat masalah baru yang bisa lebih besar .

Sumber :
http://setetesilmublog.blogspot.com/2010/05/anarkisme-dalam-demonstrasi.html

Kamis, 22 Maret 2012


Sejarah Timbulnya Berbagai Macam Kebudayaan Daerah


 Arti Kebudayaan
·       Budaya secara harfiah berasal dari Bahasa Latin yaitu Colere yang memiliki arti mengerjakan tanah, mengolah, memelihara ladang (menurut Soerjanto Poespowardojo 1993). Selain itu Budaya atau kebudayaan berasal daribahasa Sansekerta yaitubuddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia. Adapun menurut istilah Kebudayaan merupakan suatu yang agung dan mahal, tentu saja karena ia tercipta dari hasil rasa, karya, karsa,dan cipta manusia yang kesemuanya merupakan sifat yang hanya ada pada manusia.Tak ada mahluk lain yang memiliki anugrah itu sehingga ia merupakan sesuatuyang agung dan mahal
·        
    Menurut Koentjaraningrat budaya adalah keseluruhan sistem gagasan tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan miliki diri manusia dengan cara belajar.

Kebudayaan Nasional Indonesia
Budaya merupakan suatu kebiasaan yang mengandung nilai – nilai penting dan fundamental yang diwariskan dari generasi ke generasi. Warisan tersebut harus dijaga agar tidak luntur atauhilang sehingga dapat dipelajari dan dilestarikan oleh generasi berikutnya. Budaya secara umum dapat dibagi menjadi dua macam yaitu :
1.Budaya Daerah adalah suatu kebiasaan dalam wilayah atau daerah tertentu yang diwariskan secara turun temurun oleh generasi terdahulu pada generasi berikutnya pada ruang lingkup daerah tersebut. Budaya daerah ini muncul saat penduduk suatu daerah telah memiliki pola pikir dan kehidupan sosial yang sama sehingga itu menjadi suatu kebiasaan yang membedakan mereka dengan penduduk – penduduk yang lain. Budaya daerah sendiri mulai terlihat berkembang di Indonesia pada zaman kerajaan – kerajaan terdahulu.

2.Budaya Nasional adalah gabungan dari budaya daerah yang ada di Negara tersebut. Itu dimaksudkan budaya daerah yang mengalami asimilasi dan akulturasi dengan dareah lain di suatu Negara akan terus tumbuh dan berkembang menjadi kebiasaan-kebiasaan dari Negara tersebut. Contohnya Pancasila sebagai dasar negara, Bahasa Indonesia dan Lagu Kebangsaan yang dicetuskan dalam Sumpah Pemuda 12 Oktober 1928 yang diikuti oleh seluruh pemuda berbagai daerah di Indonesia yang membulatkan tekad untuk menyatukan Indonesia dengan menyamakan pola pikir bahwa Indonesia memang berbeda budaya tiap daerahnya tetapi tetap dalam satu kesatuan Indonesia Raya dalam semboyan “bhineka tunggal ika”.
Ada suatu pepatah bijak mengatakan :

“ Cintai budayamu layaknya engkau mencintai ibumu “
”Suatu Negara tidak akan menjadi negara yang besar jika tidak mengetahui jati diri dari budaya negara tersebut”
Jenisi-jenis Kebudayaan


Kebudayaan dapat dibagi menjadi 3 macam dilihat dari keadaan jenis-jenisnya:
· Hidup-kebatinan manusia, yaitu sesuatu yang menimbulkan tertib damainya hidup masyarakat dengan adat-istiadatnya,pemerintahan negeri, agama atau ilmu kebatinan
· Angan-angan manusia, yaitu sesuatu yang dapat menimbulkan keluhuran bahasa, kesusasteraan dan kesusilaan.
· Kepandaian manusia, yaitu sesuatu yang menimbulkan macam-macam kepandaian tentang perusahaan tanah, perniagaan, kerajinan, pelayaran, hubungan lalu-lintas, kesenian yang berjenis-jenis; semuanya bersifat indah

Kebudayaan daerah diartikan sebagai kebudayaan yang khas yang terdapat pada wilayah tersebut. Kebudayaan daerah di Indonesia di Indonesia sangatlah beragam. Menurut Koentjaraningrat kebudayaan daerah sama dengan konsep suku bangsa. Suatu kebudayaan tidak terlepas dari pola kegiatan masyarakat. Keragaman budaya daerah bergantung pada faktor geografis. Semakin besar wilayahnya, maka makin komplek perbedaan kebudayaan satu dengan yang lain. Jika kita melihat dari ujung pulau Sumatera sampai ke pulau Irian tercatat sekitar 300 suku bangsa dengan bahasa, adat-istiadat, dan agama yang berbeda.
Konsep Suku Bangsa / Kebudayaan Daerah. Tiap kebudayaan yang hidup dalam suatu masyarakat yang dapat berwujud sebagai komunitas desa, sebagai kota, sebagai kelompok kekerabatan, atau kelompok adat yang lain, bisa menampilkan suatu corak khas yang terutama terlihat orang luar yang bukan warga masyarakat bersangkutan. Sebaliknya, terhadap kebudayaan tetangganya, ia dapat melihat corak khasnya, terutama unsur-unsur yang berbeda menyolok dengan kebudayaannya sendiri. Pola khas tersebut berupa wujud sistem sosial dan sistem kebendaan. Pola khas dari suatu kebudayaan bisa tampil karena kebudayaan itu menghasilkan suatu unsur yang kecil berupa berupa suatu unsur kebudayaan fisik dengan bentuk yang khusus yang tidak terdapat pada kebudayaan lain.


Kesimpulan
Menurut saya sejarah munculnya kebudayaan daerah di Indonesia dikarenakan adanya ke kreatifan nenek moyang kita di tanah air ini, pada zaman dahulu kala mereka telah menciptakan berbagai macam budaya yang sampai saat ini masih di lakukan . Sudah seharusnya kita sebagai  bangsa Indonesia yang kaya akan Suku dan Budaya harusnya turut melestarikannya agar tidak di ambil oleh Negara tetangga.

Kebudayaan Daerah Merupakan Sumber Kebudayaan Nasional


Kebudayaan Daerah Merupakan Sumber Kebudayaan Nasional


     Proklamasi kemerdekaan hingga saat sekarang ini telah banyak
pengalaman yang diperoleh bangsa kita tentang kehidupan berbangsa
dan bernegara. Dalam negara Republik Indonesia, pedoman acuan bagi
kehidupan berbangsa dan bernegara itu adalah nilai-nilai dan norma-
norma yang termaktub dalam Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945,
sebagai sumber dan disain bagi terbentuknya kebudayaan nasional.

Namun kita juga telah melihat bahwa, khususnya dalam lima tahun
terakhir, telah terjadi krisis pemerintahan dan tuntutan reformasi
(tanpa platform yang jelas) yang menimbulkan berbagai
ketidakmenentuan dan kekacauan. Acuan kehidupan bernegara
(governance) dan kerukunan sosial (social harmony) menjadi
berantakan dan menumbuhkan ketidakpatuhan sosial (social
disobedience). Dari sinilah berawal tindakan-tindakan anarkis,
pelanggaran-pelanggaran moral dan etika, tentu pula tak terkecuali
pelanggaran hukum dan meningkatnya kriminalitas. Di kala hal ini
berkepanjangan dan tidak jelas kapan saatnya krisis ini akan
berakhir, para pengamat hanya bisa mengatakan bahwa bangsa kita
adalah ?bangsa yang sedang sakit, suatu kesimpulan yang tidak pula
menawarkan solusi.

Timbul pertanyaan: mengapa bangsa kita dicemooh oleh bangsa lain
Mengapa pula ada sejumlah orang Indonesia yang tanpa canggung dan
tanpa merasa risi dengan mudah berkata, Saya malu menjadi orang
Indonesia dan bukannya secara heroik menantang dan mengatakan,Saya
siap untuk mengangkat Indonesia dari keterpurukan ini? Mengapa pula
wakil-wakil rakyat dan para pemimpin malahan saling tuding sehingga
menjadi bahan olok-olok orang banyak. Mengapa pula banyak orang,
termasuk kaum intelektual, kemudian menganggap Pancasila harus
disingkirkan sebagai dasar negara? Kaum intelektual yang sama di
masa lalu adalah penatar gigih, bahkan manggala dalam pelaksanaan
Penataran P-4. Pancasila adalah asas bersama bagi bangsa ini (bukan
asas tunggal). Di samping itu, makin banyak orang yang kecewa berat
terhadap, bahkan menolak, perubahan UUD 1945 (lebih dari sekedar
amandemen) sehingga perannya sebagai pedoman dan acuan kehidupan
berbangsa dan bernegara dapat diibaratkan sebagai menjadi lumpuh.

Perjalanan panjang hampir enam dasawarsa kemerdekaan Indonesia telah
memberikan banyak pengalaman kepada warganegara tentang kehidupan
berbangsa dan bernegara. Nation and character building sebagai cita-
cita membentuk kebudayaan nasional belum dilandasi oleh suatu
strategi budaya yang nyata (padahal ini merupakan konsekuensi dari
dicetuskannya Proklamasi Kemerdekaan sebagai de hoogste politieke
beslissing dan diterimanya Pancasila sebagai dasar negara dan UUD
1945 sebagai hukum dasar negara

Proses Pembentukan Kebudayaan Nasional Indonesia: Identitas Nasional
dan Kesadaran Nasional

Di masa lalu, kebudayaan nasional digambarkan sebagai puncak-puncak
kebudayaan di daerah-daerah di seluruh Indonesia. Namun selanjutnya,
kebudayaan nasional Indonesia perlu diisi oleh nilai-nilai dan norma-
norma nasional sebagai pedoman bagi kehidupan berbangsa dan
bernegara di antara seluruh rakyat Indonesia. Termasuk di dalamnya
adalah nilai-nilai yang menjaga kedaulatan negara dan integritas
teritorial yang menyiratkan kecintaan dan kebanggaan terhadap tanah
air, serta kelestariannya, nilai-nilai tentang kebersamaan, saling
menghormati, saling mencintai dan saling menolong antar sesama
warganegara, untuk bersama-sama menjaga kedaulatan dan martabat
bangsa.

Pembentukan identitas dan karakter bangsa sebagai sarana bagi
pembentukan pola pikir (mindset) dan sikap mental, memajukan adab
dan kemampuan bangsa, merupakan tugas utama dari pembangunan
kebudayaan nasional. Singkatnya, kebudayaan nasional adalah sarana
bagi kita untuk memberikan jawaban atas pertanyaan:. Siapa kita (apa
identitas kita) Akan kita jadikan seperti apa bangsa kita? Watak
bangsa semacam apa yang kita inginkan? Bagaimana kita harus mengukir
wujud masa depan bangsa dan tanah air kita??

Jawaban terhadap sederet pertanyaan di atas telah dilakukan dalam
berbagai wacana mengenai pembangunan kebudayaan nasional dan
pengembangan kebudayaan nasional. Namun strategi kebudayaan nasional
untuk menjawab wacana tersebut di atas belum banyak dikemukakan dan
dirancang selama lebih dari setengah abad usia negara ini, termasuk
dalam kongres-kongres kebudayaan yang lalu.
Gagasan tentang kebudayaan nasional Indonesia yang menyangkut
kesadaran dan identitas sebagai satu bangsa sudah dirancang saat
bangsa kita belum merdeka. Hampir dua dekade sesudah Boedi Oetomo,
Perhimpunan Indonesia telah menanamkan kesadaran tentang identitas
Indonesia dalam Manifesto Politiknya (1925), yang dikemukakan dalam
tiga hakekat, yaitu: (1) kedaulatan rakyat, (2) kemandirian dan (3)
persatuan Indonesia. Gagasan ini kemudian segera direspons dengan
semangat tinggi oleh Sumpah Pemuda pada tahun 1928.

Makalah ini akan membatasi diri pada dua hal pokok yang menurut
hemat penulis? perlu menjadi titik-tolak utama dalam membentuk
kebudayaan nasional, yaitu: (1) identitas nasional dan (2) kesadaran
nasional. Dalam kaitan ini, Bhineka Tunggal Ika adalah suatu
manifesto kultural (pernyataan das Sollen) dan sekaligus merupakan?
suatu titik-tolak strategi budaya untuk bersatu sebagai satu bangsa.

Di masa awal Indonesia merdeka, identitas nasional ditandai oleh
bentuk fisik dan kebijakan umum bagi seluruh rakyat Indonesia (di
antaranya adalah penghormatan terhadap Sang Saka Merah-Putih, lagu
kebangsaan Indonesia Raya, Bahasa Nasional, pembentukan TKR yang
kemudian menjadi TNI, PNS, sistem pendidikan nasional, sistem hukum
nasional, sistem perekonomian nasional, sistem pemerintahan dan
sistem birokrasi nasional.). Di pihak lain, kesadaran nasional
dipupuk dengan menanamkan gagasan nasionalisme dan patriotisme.

Kesadaran nasional selanjutnya menjadi dasar dari keyakinan akan
perlunya memelihara dan mengembangkan harga diri bangsa, harkat dan
martabat bangsa sebagai perjuangan mencapai peradaban, sebagai upaya
melepaskan bangsa dari subordinasi (ketergantungan, ketertundukan,
keterhinaan) terhadap bangsa asing atau kekuatan asing.
Secara internal manusia dan masyarakat memiliki intuisi dan aspirasi
untuk mencapai kemajuan. Secara internal, pengaruh dari luar selalu
mendorong masyarakat, yang dinilai statis sekali pun, untuk bereaksi
terhadap rangsangan-rangsangan dari lingkungannya. Rangsangan besar
dari lingkungan pada saat ini datang dari media masa, melalui
pemberitaan maupun pembentukan opini. Pengaruh internal dan
khususnya eksternal ini merupakan faktor strategis bagi terbentuknya
suatu kebudayaan nasional. Sistem dan media komunikasi menjadi
sarana strategis yang dapat diberi peran strategis pula untuk
memupuk identitas nasional dan kesadaran nasional.

Bangsa Indonesia: Pluralistik dan Multikultural

Kita tidak dapat pula mengingkari sifat pluralistik bangsa kita
sehingga perlu pula memberi tempat bagi berkembangnya kebudayaan
sukubangsa dan kebudayaan agama yang dianut oleh warganegara
Indonesia. Dalam kehidupan sehari-hari, kebudayaan sukubangsa dan
kebudayaan agama, bersama-sama dengan pedoman kehidupan berbangsa
dan bernegara, mewarnai perilaku dan kegiatan kita. Berbagai
kebudayaan itu berseiringan, saling melengkapi dan saling mengisi,
tidak berdiri sendiri-sendiri, bahkan mampu untuk saling
menyesuaikan (fleksibel) dalam percaturan hidup sehari-hari.

Dalam konteks itu pula maka ratusan suku-sukubangsa yang terdapat di
Indonesia perlu dilihat sebagai aset negara berkat pemahaman akan
lingkungan alamnya, tradisinya, serta potensi-potensi budaya yang
dimilikinya, yang keseluruhannya perlu dapat didayagunakan bagi
pembangunan nasional. Di pihak lain, setiap sukubangsa juga memiliki
hambatan budayanya masing-masing, yang berbeda antara sukubangsa
yang satu dengan yang lainnya. Maka menjadi tugas negaralah untuk
memahami, selanjutnya mengatasi hambatan-hambatan budaya masing-
masing sukubangsa, dan secara aktif memberi dorongan dan peluang
bagi munculnya potensi-potensi budaya baru sebagai kekuatan bangsa.

Banyak wacana mengenai bangsa Indonesia mengacu kepada ciri
pluralistik bangsa kita, serta mengenai pentingnya pemahaman tentang
masyarakat Indonesia sebagai masyarakat yang multikultural. Intinya
adalah menekankan pada pentingnya memberikan kesempatan bagi
berkembangnya masyarakat multikultural itu, yang masing-masing harus
diakui haknya untuk mengembangkan dirinya melalui kebudayaan mereka
di tanah asal leluhur mereka. Hal ini juga berarti bahwa masyarakat
multikultural harus? memperoleh kesempatan yang baik untuk menjaga
dan mengembangkan kearifan budaya lokal mereka ke arah kualitas dan
pendayagunaan yang lebih baik di masa depan .

Kesimpulan 
Menurut saya kebudayaan dari berbagai wilayah di Indonesia tidak hanya sebagai sumber kebudayaan Nasional saja, akan tetapi juga sebagai sesuatu yang bisa membuat Indonesia berkembang lebih baik dan tidakdi pandang sebelah mata oleh negara lain .

Sumber Referensi : 
Anderson, Benedict. (1983). Imagined Communities: Reflection on
the Origin and Spread of Nationalism, Wonder: Verso.

Danusiri, Aryo & Wasmi Alhaziri, ed. (2002). Pendidikan Memang
Multikultural: Beberapa Gagasan. Jakarta: SET.

Forum Rektor Indonesia Simpul Jawa Timur (2003). Hidup Berbangsa dan
Etika Multikultural. Surabaya: Penerbit Forum Rektor Simpul Jawa
Timur Universitas Surabaya.